Assalamulaikum warahmatullahi wabaraktuh. Yoo What’s up ikhwah, ismi Wais Alfarizzi. Kaifa haluk? La’allaka bikhoirin. Perkenalkan nama aku Wais Alfarizzi Ma’arif. Biasanya aku dipanggil Wais atau sering juga dipanggil Uwais. Aku lahir di Cianjur, Jawa Barat kelahiran tahun 97. Aku tinggal di sebuah kota dengan julukan Kota 1001 Industri. Apakah kalian tau? Julukan kota tersebut adalah Tangerang, Banten. Hobi aku bermain bola basket dan kulineran. Aku adalah mantan seorang santri dari sebuah pondok pesantren ya kali Pondok Indah. Bentar deh ngerasa cringe gak sih bacanya? Sama kok aku juga wkwkwkwk. Ngomong-ngomong karena aku adalah seorang mantan santri jadi “Aku”nya ganti pake Ana atau Ane aja ya. Inget bukan Annabelle! Entar ngibrit dah lu pada. Canda cuy.
Ya jadi singkat biodata ana adalah seorang pria bernama Wais Alfarizzi Ma’arif biasa dipanggil Wais atau sering juga dipanggil Uwais. Lahir di Cianjur, Jawa Barat. Kelahiran tahun 97 yang saat ini tinggal di Tangerang, Banten. Hobinya maen bola basket dan kulineran halal kecuali yang berbau buah-buahan, fix ana gak suka banget! Tapi jujur ana suka banget sama sayur-sayuran bahkan kalau makan dalam 3x sehari yang 1x dalam seharinya wajib ada menu sayurnya. Kek contohnya siang atau gak malam harus banget bagi ane buat makan yang ada sayur-sayurnya at least yang ada kuahnya tapi bukan kuah ente ya. Istigpar! Tujuannya biar kerongkongan berasa adem aja, walaupun gak tau theory darimana tapi sugestinya kenceng banget. Gara-gara sayur-sayuran ini ane jadi dibilang aneh. Banyak temen bilang, “Orang mah doyannya buah-buahan gak doyan sayur-sayuran ini malah kebalik.” Yaa ane mau jawab apa ya? Rasanya naluri pengecap ane ditakdirkan begitu deh wkwkwkwk.
Oeah, napa jadi ngomong sayur-sayuran? Balik ke topik ah. Mungkin para pembaca budiman, setia, nan menawan bingung kenapa ane kasih judul “Pemberian Nama yang Kelainan”? Dan fatalnya di sini adalah kelainan, tapi Alhamdulillah ana dilahirkan dalam kondisi normal ya. Next, Jadi begini…
Dahulu kala emak ane pernah cerita pas usianya masih sekitar SMP beliau suka hadir ngaji sore rutin gituh. Anyway katanya ini bukan acara pengajian emak-emak yang dibayangkan ya, karena umur emak ane masih SMP. Jadi pliss sebelum lanjut jangan sampe salah tangkap! Karena menangkap pikiranmu jauh lebih sulit dari pada menangkap ikan betok di selokan, kidding! Nah seperti yang kita tau bahwa dalam sebuah pengajian anak-anak di sore hari (kalau sekarang mungkin namanya TPA/TPQ) pastinya ada seorang murid dan guru (ustadz\ah) Anyway ane lupa disini ustadznya pake “ah” atau enggak. Sumpah lupa! Kata emak ane, di situ emak ane paling cantik! Tau enggak kenapa bisa paling cantik? Karena katanya murid ceweknya cuma emak ane doang, ada sih yang cantik juga tapi kata emak ane sayangnya laki, paham kan? Awokawokawok.
Balik ke topik, si ustadz/ah ini cerita dengan singkatnya, “Dahulu ada seorang Tabi’in (FYI: Tabi’in adalah orang-orang muslim yang pernah bertemu dengan sahabat Nabi Muhammad -shollallahu alaihi wa sallam- dan ia meninggal dalam keaadaan beriman) dari Yaman dari suku Murad lalu dari Qarn (bagian dari Murad) dia adalah seorang yatim dan dia sangat berbakti kepada ibunya.” Gimana gak berbakti? Jadi… “Ibu beliau ini punya harapan besar untuk pergi haji dan Tabi’in ini ingin sekali bisa mengabulkan harapan terakhir ibunya.” Bisa-bisanya beliau yang ane juga bener-bener salut sama kehebatnnya “ia bertekad kuat membeli seekor anak lembu dan membuatkan kandang di atas bukit. Setiap hari ia menggendong anak lembu itu bulak-balik ke atas bukit.” Anyway ente tau gak sih anak lembu itu tujuannya untuk apa? Ternyata… “Tujuan untuk membeli lembu tersebut bukanlah dinaiki dari Yaman ke Mekkah melainkan untuk melatih ototnya agar dapat menggendong ibunya dengan kuat saat pergi haji.” Ngokkk gak tuh? “Saking ia berbakti kepada orangtuanya kata Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam- doanya tidak ada penghalang untuknya. Karena dia adalah seorang yang rendah hati, beliau –rahimahullah- suka mengasingkan diri dari orang-orang yang tau atas keistimewaan beliau. Beliau memang tidak dikenal oleh penduduk dunia tapi kata Nabi beliau sangat dikenal oleh penduduk langit. Tabi’in tersebut bernama Uwais Alqarni.” Usai mendengar cerita dari si ustadz/ah ini emak ana yang masih belia! Eh enggak deng maksudnya SMP, udah punya cita-cita buat namain anak cowoknya nanti pake nama ini. Bener-bener dah sama emak ane yang masih SMP ini. BTW ente dulu atau mungkin sekarang yang masih SMP kalau ditanya cita-citanya jawabnya bagaimana? Dulu kalau ane ditanya begini rabun banget deh, makanya nih mata bisa nembus ampe minus 7,00 cylinder 2,25. Berharap sembuh ya Allah, Aamiin…
Ceritanya emak ane ngaji pas SMP |
Ceritanya ini ane pas kecil, jangan julid ah! |
Na’asnya nih gaezzz udah mah ane dilahirin susah ditambah pas mau ngasih nama, emak ane tiba-tiba BLANK! Mungkin akibat kebanyakan merem-melek merem-melek pas brojolin ane yang berat badannya gede banget kali ya? Sampe akhirnya si emak bisa lupa begituh “Kalau dulu itu nama Tabi’innya siapa ya? Uwais atau Wais? Al-nya, Al apa ya?” Dalam hati ane, “Alghozali kali mah!” Jiaahhhh mupeng bener! Iya kali jadinya Wais Alghazali Ma’arif. Sumpah gak kebayang!
Sampe akhirnya emak ane belum lama lahiran liat acara pengajian di salah satu stasiun TV. Si ustadz ini menjelaskan tentang salah satu sahabat nabi yang ia berasal dari Persia dari Asbahan, warga suatu desa bernama Jayy. Ayahnya adalah seorang tokoh masyarakat yang mengerti pertanian. Sebelumnya, beliau –radiyallahu ‘anhu- menganut agama majusi dan dia sangat bertanggung jawab atas perintah ayahnya untuk menjaga api agar tidak padam. Dalam kisah ini beliau mencari kebenaran yang ia ingin menganutnya lebih baik baginya sampai akhirnya ia rela tidak pulang ke rumah hingga terbenamnya matahari. Karena kelakuannya yang diketahui oleh ayahnya dan kekhawatiran sang ayah yang ia akan berpindah keyakinan dari keyakinan yang diturunkannya akhirnya sang ayah mengikat kaki anaknya tersebut dan dimasukan ke dalam penjara rumahnya. Singkat cerita, saat beliau bebas lagi-lagi beliau mencari berbagai kebenaran dan akhirnya ia dapatkan saat tiba di Madinah yang sebelumnya saat ia tiba di Wadil Qura ia sempat diperjual belikan sebagai budak oleh seorang pedagang berkianat yang dijanjikan oleh beliau –radiyallahu ‘anhu- untuk mengantarkannya ke Madinah dan diberikannya sebuah imbalan berupa hewan ternak yaitu sapi dan kambing setelah pedagang tersebut mengatakan “Ya” akan mengantarkannya ke Madinah tetapi malah berupa kezaliman yang sahabat tersebut dapatkan. Karena perjuangannya yang begitu keras ia menemukan kebenaran sesungguhnya berupa Islam dan akhirnya atas kegigihannya tersebut dan bantuan dari para sahabat Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam-, serta tidak lepas dari kehendak Allah ia merdeka dari sebuah perbudakan. Sahabat Nabi tersebut bernama Salman Alfarisi -radiyallahu ‘anhu-.
Next dari penyampaian ustadz di TV itu akhirnya emak ana yang bener-bener BLANK dari “Al” yang sebelumnya dan masih rada-rada inget sama nama awalnya. Kenapa rada-rada inget? Karena masih kurang satu huruf di awalnya dan tidak bisa dikatakan inget tulen ya jadinya “Wais” tanpa huruf “U” di depannya. Lalu dikombinasikan sama acara pengajian TV tadi which is cuma diambil nama belakangnya aja “Alfarisi” jadinya Wais Alfarisi. Tapi kok di atas Wais Alfarizzi? Apakah ada yang salah dengan akte kelahiran ane? Jawabannya sih kalau kata emak ane biar Azzzaaiikk aja pake double “Z” soalnya kebanyakan huruf “S” kalau jadinya Wais Alfarisi dalam hati ane cuma mau bilang, “Pantes aje anakmu alay pakkk… buuu…. !!”
Oeah adapun Ma’arif sebenernya itu sekedar tambahan aja sih yang dibantu oleh seorang ustadz yang emak ane rutin ikut ngaji sama beliau. Artinya adalah pengetahuan. Dari cerita ini terciptalah sebuah nama “Wais Alfarizzi Ma’arif” which means Wais Alfarizzi yang berpengetahuan. Loh kok? Yaiyalah, apalagi? Wais diambil dari nama Tabi’in; Uwais. Alfarizzi diambil dari salah seorang sahabat Nabi yang tinggal di Persia. Makanya gak aneh kalau ada orang yang baru kenalan sama ane plus dia ngerti banget sama istilah nama-nama nanyain ane begini, “Kamu keturunan Persia ya?” Rasanya pengen banget bales, “Heyyyy ente ngeledek atau gimane nih? Ras Persia itu bener-bener jauh sama ane! Dari warna kulit rata-rata mereka putih, lah ane? Sawo kematengan. Dari postur tubuhnya mereka tinggi-tinggi. Lah ane? Standar tinggi pria Indonesia aja masih kurang 1cm, Men! Nah ini yang lebih impossible parah sih, warna matanya cuyyyy biru-biru awwww. Tapi ane? Ya sudahlah item putih juga udah bersyukur banget kok daripada mata item semua nanti disangka ikan emas Koi…”
- Berusaha selalu tuk berbakti kepada orangtua sebisa mungkin dan suatu saat bisa membanggakan mereka.Barangkali dengan amalan ini doa ane juga gak ada penghalangannya, jadi gampang kan kalau nyari jodoh yang cantik dan sholehah. Ciahhhh, lagi-lagi dah tuh!
- Menjalani hidup tanpa lepas dari nilai akademi, moral, dan spiritual.
- Semaksimal mungkin untuk menjadi seseorang yang berpengetahuan tinggi.
Okay, sekian dari ane karena ini adalah perdananya ana membuat blog jadi mohon maaf banget ya kalau teman-teman mendapati banyak kata-kata yang tidak pantas untuk ada di artikel ini dan jangan lupa mampir ke channel YouTube ane siapa tau kalian cocok, bisa dong bantu-bantu subscribe dan share. Hehe…
Jangan lupa mampir ke Channel YouTube ane di sini...
Terakhir sebelum ane tutup coba dong ceritakan bagaimana proses singkat dan unik orangtua kalian saat memberikan nama buat kalian. Silahkan cantumkan comment di bawah ya. Siapa tau iseng-iseng berhadiah!
Comments
Post a Comment